Terobosan Baru Dalam Bidang Pertanian
Sahabat Petani.. Ramah Lingkungan.. dan menyuburkan tanah.
Terobosan Baru Dalam Bidang Pertanian
Sahabat Petani.. Ramah Lingkungan.. dan menyuburkan tanah.
Terobosan Baru Dalam Bidang Pertanian
Sahabat Petani.. Ramah Lingkungan.. dan menyuburkan tanah.
Terobosan Baru Dalam Bidang Pertanian
Sahabat Petani.. Ramah Lingkungan.. dan menyuburkan tanah.
Terobosan Baru Dalam Bidang Pertanian
Sahabat Petani.. Ramah Lingkungan.. dan menyuburkan tanah.
Minggu, 17 Juli 2016
Sabtu, 16 Juli 2016
KEMASAN BARU PUPUK HAYATI CAIR RIOGEN
23.54
12 comments
Teknologi Pupuk Hayati Riogen merupakan inovasi bidang pertanian berbasis bakteri majemuk thermofilik terseleksi
yang dikembangkan dari abu vulkanik serta daun dan buah yang diproses secara
enzimasi sehingga menghasilkan 13 unsur hara assensial ( 6 unsur makro N,P,K,
Ca, S, Mg dan 7 unsur hara mikro Fe, Na, Zn, Mn, B, Cu, & Cl ) untuk
meningkatkan kesuburan tanah yang berkelanjutan.
Bakteri yang terkandung dalam Pupuk Hayati RIOGEN diformulasikan
untuk mengurai Fosfat yang tidak bisa terurai oleh air dan sangat bermanfaat
bagi tanaman, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, memacu
pertumbuhan vegetative dan generative tanaman, mempercepat penguraian residu
pupuk kimia yang terikat oleh koloid-koloid tanah menjadi unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman sehingga memperbaiki daya dukung lahan.
Pupuk Hayati RIOGEN telah mendapatkan SK Menteri Pertanian Nomor 99/Kpts/SR.310/B/03/2015
dengan Nomor Pendaftaran 03.02.2015.019. Berdasarkan hasil uji mutu Laboratorium
Biologi Tanah Balitbang Tanah Kementerian Pertanian dinyatakan bahwa
parameter kandungan Pupuk Hayati RIOGEN diatas standar Permentan Nomor
70/Permentan/SR.140/10/2011, sedangkan Efektifitas Agronomis Relatif yang
dilaksanakan oleh Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Bogor dihasilkan peningkatan produksi sebesar 160%.
Selasa, 26 April 2016
Bupati Ciamis Hadiri Panen Raya Demplot Riogen Desa Gegempalan
14.21
No comments
CIAMIS
Sumber : http://www.buletinindonesianews.com/ciamis/2629/bupati-ciamis-hadiri-panen-raya-demplot-riogen-desa-gegempalan.html
Bupati Ciamis Hadiri Panen Raya Demplot Riogen Desa Gegempalan
Dirilis oleh Lilis Susilawati - Kamis, 21 April 2016 | 17:41:25 WIB
Buletin Indonesia News
CIAMIS, -- Upaya
pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan masyarakat terus
digalakkan dan diupayakan dengan berbagai keterpaduan kegiatan.
Sasarannya yaitu produksi pangan terutama padi atau beras di tahun 2016.
Upaya tersebut diharapkan selain mampu memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat juga sebagai sarana peningkatan pendapatan masyarakat.
Panen
Raya Demplot Riogen yang di gelar di Desa Gegempalan Kecamatan Cikoneng
Kabupaten Ciamis, Kamis (21/04/2016) di 25 (dua puluh lima) hektar area
persawahan , yang di kelola oleh Kelompok Tani Sri Waringin ini
dihadiri oleh Unsur Muspida dan Muspika Kabupaten Ciamis.
Ketua
Kelompok Tani Sri Waringin Desa Gegempalan Tatang Lasmana menjelaskan
terkait Pupuk Riogen yang merupakan kunci keberhasilan panen yang
melimpah.
Pupuk
Riogen telah mengadakan demplot di Kabupaten Ciamis, diantaranya di
Kecamatan Raja Desa dengan ubinan 6,8 ton perhektar, di Desa Imbanagara
Raya Kecamatan Ciamis 12 ton perhektar, di Kecamatan Sadananya 14 ton
perhektar serta di Pangandaran menghasilkan 12 ton perhektar dan di Desa
Gegempalan Kecamatan Cikoneng sebanyak 6,2 ton perhektar dengan rata –
rata ubinan 5,8 ton perhektar. Angka tersebut sudah melebihi angka rata –
rata panen di Kabupaten Ciamis.
Sementara
itu, Bupati Ciamis Drs. H. Iing Syam Arifin dalam sambutannya
menyampaikan, program pertanian di Indonesia saat ini menjadi tolak ukur
keberhasilan pemerintah , mengenai ketahanan pangan, Indonesia
merupakan Negara yang paling strategis , karena Indonesia merupakan
Negara ke - 4 (empat) paling banyak penduduknya di dunia. Sementara
untuk memenuhi hal tersebut Pemerintah harus berupaya secara swadaya
dengan kemandirian untuk menyediakan pangan yang cukup bagi masyarakat.
Salah
satu upayanya yaitu seperti Panen Raya ini, Pemerintah dalam hal ini
telah memberikan bantuan berupa alat pertanian kepada para pelaku tani
seperti traktor, combine harvester (mesin panen), dan alat lainnya yang
dapat memudahkan pekerjaan para petani.
“Meski
daerah Gegempalan merupakan sawah tadah hujan, tetapi dengan
menggunakan Pupuk Cair Riogen hasilnya dapat mencapai angka rata – rata
panen di Kabupaten Ciamis. Untuk sisa pohonya pun dapat diolah kembali
menjadi pupuk kompos dengan kualitas terbaik setelah di campur dengan
Pupuk riogen”, terangnya.
“Walaupun sawah tadah hujan, kita harus hati – hati, kita jangan spekulasi, kalau kata Menteri Pertanian pagi panen sore tanam
, itu merupakan suatu motto percepatan, kita jangan lengah jangan
memberikan peluang yang mubajir. Termasuk di Gegempalan ini, ketika
hari ini panen , sorenya harus direncanakan tanam , tapi harus dengan
aturan - aturan secara iklim atau secara musim, jangan sampai menjadi
mubajir”, jelasnya.
Di
akhir sambutannya, Bupati Ciamis memberikan bibit pohon kelapa (kitri)
secara simbolis kepada setiap perwakilan di Desa Gegempalan, dengan
harapan bisa di tanam dan dirawat dengan baik, agar di masa yang akan
datang anak cucu kita dapat menikmatinya, karena kelapa merupakan pohon
yang memiliki banyak manfaat. (Lilis Susilawati)Sumber : http://www.buletinindonesianews.com/ciamis/2629/bupati-ciamis-hadiri-panen-raya-demplot-riogen-desa-gegempalan.html
Selasa, 19 April 2016
Riogen Puaskan Petani
13.58
No comments
Nusantara
Hasil Demplot Aplikasi Riogen Puaskan Petani
02:15 WIB | Selasa, 12 April 2016 | Nusantara | Penulis : Ika Rahayu
Dalam upaya mencari produk yang pas untuk substitusi
sebagian pupuk kimia, kini banyak petani yang terlibat langsung dalam
kegiatan demo plot (demplot) yang mengaplikasikan pupuk non kimia. Di
daerah Pangandaran Jawa Barat, petani padi menyatakan puas dengan hasil
demplot yang menggunakan pupuk hayati “Riogen”.
Ketua Kelompok Tani Margamukti II, Bai Subai Sanhudi, kepada Sinar Tani menyatakan kegembiraaannya karena demplot tanaman padi seluas satu hektar yang dilaksanakan anggota kelompok taninya memperoleh hasil panen yang memuaskan.
“Hasil ubinan di lahan saya pribadi dengan perlakuan gabungan pupuk organik, NPK dan Riogen hasilnya tanpa diduga bisa mencapai 7,6 kg atau setara 12,1 ton gabah kering panen (GKP) per hektar,” katanya menjawab Sinar Tani pada acara panen padi yang diaplikasikan Riogen, di Desa Margacinta, Kabupaten Pangandaran Jawa Barat belum lama berselang. Kegiatan panen dilakukan langsung Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata.
Di areal lainnya yang mengaplikasikan pupuk organik + Riogen, menurut Subai, hasilnya lebih rendah yakni 10,5 ton GKP per hektar, sedangkan yang diaplikasikan pupuk NPK + Riogen mendapatkan 10,4 ton GKP per hektar. “Untuk perbandingan kami tetap membuat demplot dengan perlakuan menggunakan pupuk urea dan NPK seperti biasanya, hasil ubinan hanya mendapatkan 3,5 kg atau setara sekitar 5 ton GKP per hektar,” jelasnya.
Pria 69 tahun ini menyatakan bahagia bisa mendapatkan kesempatan melaksanakan demplot dengan fokus pengaplikasian pupuk non kimia mengingat pada dasarnya ia dan anggota kelompok taninya berkeinginan suatu saat tidak lagi seratus persen menggunakan pupuk kimia (terutama urea) untuk mencegah semakin rusaknya lahan sawah.
Agar Diuji Benar
Penggunaan pupuk hayati Riogen sebagai pengganti urea sudah terbukti bisa mendorong peningkatan produksi padi di sebagian lahan berpengairan teknis milik anggota Kelompok Tani Margamukti, Desa Margacinta. “Kami berharap bisa dilakukan demplot lanjutan di musim tanam berikutnya di areal petani lainnya agar lebih meyakinkan kami bahwa mutu Riogen memang tak perlu diragukan lagi,” tuturnya.
Senada dengan Subai, Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata, juga menekankan pentingnya uji coba lapangan dilakukan karena memang yang diharapkan pihaknya bukan semata-mata pencapaian produktivitas tinggi tetapi juga bagaimana agar kegiatan budidaya padi bisa dilakukan secara berkelanjutan dan penghasilan petani bisa meningkat.
“Kalau memang hasil demplotnya tinggi, harus diuji terus secara benar agar bisa dipastikan apakah penggunaan sarana produksi pupuk tertentu memang berpengaruh positif terhadap pelaksanaan kegiatan pertanian secara berkelanjutan,” katanya.
Pupuk hayati cair dengan merk dagang Riogen yang telah diujicoba di kalangan petani padi Kabupaten Pangandaran, menurut Marketing Manager CV Multi Guna, Andri Priyanto, sudah terdaftar di Kementerian Pertanian RI dengan nomor pendaftaran 03.02.2015.019.
Riogen berdasarkan hasil uji laboratorium mengandung mikroba yang berguna sebagai penambat nitrogen, pelarut phospat dan kalium, perombak bahan organik serta juga mengandung zat pengatur tumbuh. Manfaat dari pupuk hayati ini antara lain untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta memaksimalkan penyerapan unsur hara tanaman juga memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.
Sejak diperolehnya nomor pendaftaran dari Kementan pada 2015 lalu, pihaknya terus melakukan sosialisasi ke berbagai daerah. “Salah satu langkahnya adalah menjalin kerjasama dengan pengurus kelompok tani membuat demplot untuk menunjukkan bukti bahwa aplikasi Riogen faktanya bisa mendongkrak produksi padi secara signifikan seperti yang bisa ditunjukkan di Kabupaten Pangandaran,” ujar Andri menjawab Sinar Tani. Ira
Ketua Kelompok Tani Margamukti II, Bai Subai Sanhudi, kepada Sinar Tani menyatakan kegembiraaannya karena demplot tanaman padi seluas satu hektar yang dilaksanakan anggota kelompok taninya memperoleh hasil panen yang memuaskan.
“Hasil ubinan di lahan saya pribadi dengan perlakuan gabungan pupuk organik, NPK dan Riogen hasilnya tanpa diduga bisa mencapai 7,6 kg atau setara 12,1 ton gabah kering panen (GKP) per hektar,” katanya menjawab Sinar Tani pada acara panen padi yang diaplikasikan Riogen, di Desa Margacinta, Kabupaten Pangandaran Jawa Barat belum lama berselang. Kegiatan panen dilakukan langsung Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata.
Di areal lainnya yang mengaplikasikan pupuk organik + Riogen, menurut Subai, hasilnya lebih rendah yakni 10,5 ton GKP per hektar, sedangkan yang diaplikasikan pupuk NPK + Riogen mendapatkan 10,4 ton GKP per hektar. “Untuk perbandingan kami tetap membuat demplot dengan perlakuan menggunakan pupuk urea dan NPK seperti biasanya, hasil ubinan hanya mendapatkan 3,5 kg atau setara sekitar 5 ton GKP per hektar,” jelasnya.
Pria 69 tahun ini menyatakan bahagia bisa mendapatkan kesempatan melaksanakan demplot dengan fokus pengaplikasian pupuk non kimia mengingat pada dasarnya ia dan anggota kelompok taninya berkeinginan suatu saat tidak lagi seratus persen menggunakan pupuk kimia (terutama urea) untuk mencegah semakin rusaknya lahan sawah.
Agar Diuji Benar
Penggunaan pupuk hayati Riogen sebagai pengganti urea sudah terbukti bisa mendorong peningkatan produksi padi di sebagian lahan berpengairan teknis milik anggota Kelompok Tani Margamukti, Desa Margacinta. “Kami berharap bisa dilakukan demplot lanjutan di musim tanam berikutnya di areal petani lainnya agar lebih meyakinkan kami bahwa mutu Riogen memang tak perlu diragukan lagi,” tuturnya.
Senada dengan Subai, Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata, juga menekankan pentingnya uji coba lapangan dilakukan karena memang yang diharapkan pihaknya bukan semata-mata pencapaian produktivitas tinggi tetapi juga bagaimana agar kegiatan budidaya padi bisa dilakukan secara berkelanjutan dan penghasilan petani bisa meningkat.
“Kalau memang hasil demplotnya tinggi, harus diuji terus secara benar agar bisa dipastikan apakah penggunaan sarana produksi pupuk tertentu memang berpengaruh positif terhadap pelaksanaan kegiatan pertanian secara berkelanjutan,” katanya.
Pupuk hayati cair dengan merk dagang Riogen yang telah diujicoba di kalangan petani padi Kabupaten Pangandaran, menurut Marketing Manager CV Multi Guna, Andri Priyanto, sudah terdaftar di Kementerian Pertanian RI dengan nomor pendaftaran 03.02.2015.019.
Riogen berdasarkan hasil uji laboratorium mengandung mikroba yang berguna sebagai penambat nitrogen, pelarut phospat dan kalium, perombak bahan organik serta juga mengandung zat pengatur tumbuh. Manfaat dari pupuk hayati ini antara lain untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta memaksimalkan penyerapan unsur hara tanaman juga memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.
Sejak diperolehnya nomor pendaftaran dari Kementan pada 2015 lalu, pihaknya terus melakukan sosialisasi ke berbagai daerah. “Salah satu langkahnya adalah menjalin kerjasama dengan pengurus kelompok tani membuat demplot untuk menunjukkan bukti bahwa aplikasi Riogen faktanya bisa mendongkrak produksi padi secara signifikan seperti yang bisa ditunjukkan di Kabupaten Pangandaran,” ujar Andri menjawab Sinar Tani. Ira
Jumat, 08 April 2016
Melongok Ujicoba Pupuk Hayati Cair Riogen
11.26
No comments
Anakannya Banyak, Berasnya Tahan Lama Melongok Ujicoba Pupuk Hayati Cair Riogen di Pare, Blondo
Menanam padi menggunakan pupuk organik hasilnya cukup menjanjikan. Terbukti, dari hasil ujicoba demplot penggunaan pupuk organik Riogen di lahan milik Wardi, di Dusun Pare, Desa Blondo, Mungkid, Kabupaten Magelang pada panen perdana, Rabu (16/3) kemarin.DIREKTUR CV Multi Guna Agus Haryono yang memproduksi pupuk hayati cair Riogen Bio Fertilizer menuturkan, sudah setahun lebih pihaknya memproduksi pupuk hayati. Maka, untuk meyakinkan petani Magelang pada khususnya—juga Jawa Tengah dan Indonesia pada umumnya—Multi Guna melakukan ujicoba demplot di beberapa tempat. Salah satunya, di Dusun Pare, Blondo, Mungkid, Magelang.
“Saya tidak ingin woro-woro kepada para petani terlebih dahulu, sebelum mempraktikkan langsung. Lha setelah ini, hasilnya sudah terlihat jelas. Pasti, dengan sendirinya, para petani akan mengikuti. Kita tunjukkan dulu bukti nyata kepada masyarakat,” ujar Agus, di sela panen perdana, kemarin.
Pensiunan tentara itu membeber, sebenarnya pupuk yang ia produksi, sudah di pakai oleh para petani di luar Jawa. “Sudah banyak yang pakai produk kami. Di Kalimantan, Sulawesi, NTT, NTB dan juga di wilayah Jawa Barat memakainya atau mempraktikkannya.”
Pendamping demplot penggunaan pupuk organik Riogen, Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto menuturkan, penggunaan pupuk hayati, sangat bagus jika dibandingkan dengan pupuk kimia. Sebab, pupuk hayati bisa untuk menjaga kesuburan tanah. “Pupuk hayati lebih ramah lingkungan, kesuburan tanah tetap terjaga. Saya mengajak kepada para petani untuk menggunakan pupuk hayati.”
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman Purwokerto itu menyebut, demplot yang dilakukan di Pare Blondo, padi jenis kenanga. Pertumbuhannya cukup bagus. Jumlah anakan jauh lebih banyak. “Rata-rata ada 40-50 anakan, bahkan ada yang sampai 147 anakan. Jika anakannya banyak, tentu hasil panen lebih banyak.”
Prof. Totok menambahkan, keunggulan pupuk hayati—selain ramah lingkungan dan hasil menjanjikan–padi atau berasnya lebih awet. Juga tahan lama. “Nasi yang dimasak tentu lebih sehat. Nasinya lebih tahan lama atau tidak mudah basi.” (san/isk)
sumber : http://www.radarkedu.com/featured/anakannya-banyak-berasnya-tahan-lama/
Dengan Pupuk Hayati Riogen, Hasil 2 Kali Lipat
11.15
3 comments
Dengan Pupuk Hayati Riogen, Hasil 2 Kali Lipat Panen Perdana Padi Gogo Aromatik Inpago Unsoed-1
Pupuk organik karya Agus Haryono itu digunakan dalam demplot uji coba di lahan 10 ha milik petani desa setempatyang merupakan program kerja sama antara Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto serta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cilacap. Dan hasil panennya tidak mengecewakan.
Itu terbukti dari pelaksanaan panen perdana yang dilakukan oleh Bupati Cilacap, Kepala BI Perwakilan Purwokerto, Rektor Unsoed, Ketua DPRD Kabupaten Cilacap, Dandim 0703/Cilacap, Direktur CV Multi Guna dan Ketua Kelompok Tani Sido Rukun di sawah Desa Gandrungmanis, Kecamatan Gandrungmangu Cilacap, Selasa (22/3).
Ketua Kelompok Tani Sido Rukun Gandrungmanis, Suparno menuturkan untuk musim tanam kali ini dalam pengolahan tanah dibantu oleh Prof Ir Totok Agung Dwi Haryanto, guru besar Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto. Tanah di sini sangat labil, kering dan sudah kebanyakan urea.
Menurutnya, berkat bantuan dan pendampingan Totok serta ditopang pupuk hayati riogen, tanah yang semula tandus bisa teratasi. Kata dia, bagaimanapun juga pupuk tersebut bisa mengurai tanah, mengurangi urea, di akar padi bisa kuat, sangat cocok atau bersahabat di wilayah Cilacap.
“Dengan menggunakan pupuk hayati riogen produktivitasnya meningkat 100 persen. Selain hasil panen meningkat drastis, harga pupuk tergolong murah atau terjangkau bagi petani di sini,” tutur Suparno di sela panen perdana yang juga dihadiri anggota DPR RI Komisi VIII Ahmad Mustaqim dan Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristek Dikti) RI Ocky Karna Radjasa mewakili menteri serta para pejabat Pemkab Cilacap.
Suparno membeberkan, biasanya dengan menggunakan pupuk lain per hektare hasilnya rata-rata 4 ton dan maksimal 4,5 ton, sedangkan menggunakan pupuk hayati riogen ini bisa mencapai 10 ton bahkan bisa lebih.
“Karena ini sudah teruji dan terbukti hasilnya cukup menjanjikan, untuk masa tanam berikutnya kami akan tetap menggunakan pupuk hayati riogen. Kami juga tidak ragu-ragu menagajak petani lain di Cilacap untuk menggunakan pupuk ramah lingkungan itu,” katanya penuh bangga.
Totok menuturkan, dengan menggunakan pupuk hayati setidaknya bisa mengurangi pupuk kimia, bisa mengembalikan kesuburan tanah dan bisa meningkatakan produktivitas hasil panen. “Saya mengajak petani untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia sehingga kesuburan tanah tetap terjaga. Dengan pupuk hayati, beras yang dihasilkan aromanya wangi, tahan lama dan lebih menyehatkan,” paparnya.
Masih menurut Totok, dalam demlot uji coba ini, setidaknya ada 3 lembaga yang terlibat. Yakni BI, Pemkab Cilacap dan Unsoed selaku penyedia alat teknologi serta kelompok tani itu sendiri. Untuk berikutnya di musim tanam kedua ini, akan menaman 10 hektare padi, 10 hektare kedelai dan 10 hektare lagi padi dengan teknologi salibu. Teknologi salibu ini adalah 10 hektare yang sudah dipanen ini, bonggol padi yang tumbuh anakan dikembangkan lagi dengan menggunakan pupuk hayati riogen.
“Keunggulan dari sistem ini, bisa menghemat pengolahan benih, tidak perlu pengolahan tanah lagi dan pembelian bibit. Ongkos produksinya bisa lebih berkurang dan diharapkan panennya lebih cepat 40 hari jika dibandingkan dengan tanam dari awal,” jelasnya.
Kepala Perwakilan BI Purwokerto Ramdan Deni Prakoso menjelaskan bukan hal mudah menggarap lahan kering sub optimal di Desa Gandrungmanis. Di sini, lahan hanya dapat ditanami padi satu tahun sekali. Sebab ketiadaan irigasi induk dan air dan hanya bergantung pada curah hujan. Di satu sisi, Bank Indonesia menargetkan produksi beras yang berkesinambungan dari daerah ini. Untuk itu, BI menggandeng tim peneliti dari Unsoed Purwokerto dan Pemkab Cilacap agar dapat menemukan solusi terbaik.
“Hasilnya, tim peneliti Unsoed mengaplikasikan penanaman padi gogo aromatik demplot 10 hektare menggunakan pupuk organik cair riogen dengan produksi di atas 10 ton per hektare pada musim tanam 1. Dilanjutkan penerapan teknologi salibu pada sisa musim tanam II. Saya berharap di sini bisa tanam 3 kali dalam setahun. Padi, padi dan ke-3 palawija,” harapnya.
Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kemristekdikti, Ocky Rajasa mengatakan, bentuk-bentuk hasil pertanian ini sejalan dengan program Kemristekdikti. Pihaknya selalu mendorong para peneliti agar terus berani menghasilkan hasil-hasil penelitian dan menyebarluaskan secara lebih luas lagi. Apalagi bidang pertanian dan pangan adalah salah satu prioritas negara. “Mudah-mudahan apa yang dirintis ini dapat dipertahankan. Harapannya adalah kalau nanti padi gogo aromatik ini terus dikembangkan, akan menjadi salah satu varietas unggul untuk mencapai kedaulatan pangan,” ucapnya.
Sementara itu Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji mengatakan, Cilacap merupakan salah satu yang berhasil melakukan swasembada beras meskipun secara nasional rankingnya belum yang terbaik. “Sekali lagi saya ingin mengajak semua elemen untuk membangun desa, diantaranya adalah menerapkan teknologi kepada para petani. Dengan panen padi ini, saya berharap selain memberikan keuntungan untuk petani tetapi juga dapat menyejahterakan masyarakat Cilacap secara luas,” tandas bupati.
Terpisah, Direktur CV Multi Guna Agus Haryono menuturnya pihaknya menuturkan, pupuk yang ia produksi sudah lolos uji laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB), juga sudah mendapat izin dari Menteri Pertanian (Mentan) RI. Kata Agus, untuk memastikan dan meyakinkan petani dia melakukan demlot di beberapa tempat, baik di Jawa dan luar Jawa.
“Rabu (16/3) lalu kita bersama Prof Totok Juga melakukan panen perdana demplot penggunaan pupuk organik riogen di lahan milik Wardi, di Dusun Pare, Desa Blondo, Mungkid, Kabupaten Magelang dan hari ini (kemarin, Red) kita panen di Gandrungmanis, Kecamatan Gandrungmangu Cilacap,” ujarnya. (san/lis/adv)
Sumber : http://www.radarkedu.com/cilacap/pupuk-hayati-riogen-hasil-2-kali-lipat/
Pupuk Hayati Cair Riogen Terbukti Berkualitas di Berbagai Daerah
10.49
No comments
Pupuk Hayati, Sehatkan Lahan Pertanian
02:40 WIB | Selasa, 05 April 2016 | Sorotan | Penulis : Ahmad Soim
Pupuk hayati selama ini harus diakui kalah populer
dibandingkan dengan pupuk kimia atau pupuk organik, penggunaannya di
masyarakat pun masih sangat terbatas. Fakta demikian sangat disayangkan
mengingat pupuk hayati sesungguhnya memiliki khasiat luar biasa sebagai
sarana untuk menyehatkan lahan pertanian.
Rendahnya pengaplikasian pupuk hayati dipandang sebagai fenomena negatif baik oleh para ahli di bidang pertanian maupun praktisi lingkungan hidup, karena itu menunjukkan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap upaya penyehatan lahan pertanian yang sebagian kondisinya memang sudah “sakit”.
Pakar kimia dan kesuburan tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB, Atang Sutandi, dalam perbincangan dengan Sinar Tani mengatakan, hasil penelitian mendapatkan bahwa 85 persen lahan di wilayah Jawa Barat saja berstatus sedang dan tinggi kandungan anorganiknya. Hanya kurang dari 15 persen lahan persawahan di wilayah itu yang rendah kandungan anorganiknya.
Akumulasi kandungan anorganik dalam tanah berasal dari penggunaan pupuk anorganik/pupuk kimia yang terus menerus sejak diperkenalkannya program bimbingan massal (Bimas) untuk meningkatkan produksi padi oleh pemerintah.
“Penggunaan pupuk anorganik ini akhirnya menggeser kebiasaan petani yang dahulu menggunakan pupuk kandang atau pupuk berasal dari tanaman. Maka, lama kelamaan kadar organik semakin rendah sehingga berbuntut menghambat aktivitas organisme dan mikro organisme di dalam tanah,” jelasnya.
Kini organisme di dalam tanah, menurut Atang Sutandi kian berkurang dan variasi jenisnya pun semakin sedikit. Kondisi fisik tanah akhirnya menjadi padat, kurang subur dan patogen yang berasal dari tanah pun semakin banyak sehingga tanaman lebih rentan terkena penyakit.
“Padahal dengan adanya cacing dan organisme lain, tanah akan semakin subur, perakaran tanaman semakin kuat dan pelumpuran semakin baik,” ungkapnya.
Dua Peranan Utama
Ia mengingatkan bahwa penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk organik jelas akan mengganggu sifat fisik tanah yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Untuk bisa mengembalikan kesuburan tanah, idealnya penggunaan pupuk organik/pupuk anorganik dikombinasikan dengan penggunaan pupuk hayati.
“Fungsi dari pupuk hayati ini untuk menambang hara yang sudah terakumulasi di dalam tanah terutama unsur P dan K,” tegas Atang.
Setidaknya ada dua peranan utama dari pupuk hayati untuk tanah yakni sebagai pembangkit kehidupan tanah (soil regenerator) serta penyubur tanah dan penyedia nutrisi tanaman (feeding the soil). Pupuk hayati juga bisa menekan pertumbuhan organisme parasit tanaman sehingga kemungkinan tumbuh dan berkembangnya organisme patogen semakin kecil yang berarti mampu menjaga tanaman dari serangan penyakit.
Ia memperhatikan, sebagian masyarakat menganggap pupuk hayati (biofertilizer) sebagai pupuk organik, padahal dalam peraturan Menteri Pertanian RI (Permentan) No. 2 Tahun 2006 telah didefinisikan bahwa pupuk organik merupakan sekumpulan material organik yang terdiri atas zat hara (nutrisi) bagi tanaman, di dalamnya bisa mengandung organisme hidup ataupun tidak. Sementara pupuk hayati adalah sekumpulan organisme hidup yang aktivitasnya bisa memperbaiki kesuburan tanah.
“Kekeliruan persepsi ini kelihatannya sepele, namun bisa berakibat fatal jika terdapat kesalahan dalam penggunaannya,” tuturnya.
Terkait dengan aplikasi pupuk hayati, Atang meminta petani selalu memperhatikan bulan produksinya. Paling efektif bila pupuk hayati digunakan tiga bulan sebelum masa kadaluarsanya mengingat sebagai makhluk hidup, pupuk hayati memang memiliki batas masa penggunaan.
Petani juga diharapkan tidak mencampur pupuk hayati berbeda merk karena dikhawatirkan akan terjadi kompetisi antar bakteri di dalamnya. “Kalau mau ganti merk diusahakan dilakukan di musim tanam berikutnya,” ujar Atang.
Gsh/Ira
Sumber : http://tabloidsinartani.com/read-detail/read/pupuk-hayati-sehatkan-lahan-pertanian/
Rendahnya pengaplikasian pupuk hayati dipandang sebagai fenomena negatif baik oleh para ahli di bidang pertanian maupun praktisi lingkungan hidup, karena itu menunjukkan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap upaya penyehatan lahan pertanian yang sebagian kondisinya memang sudah “sakit”.
Pakar kimia dan kesuburan tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB, Atang Sutandi, dalam perbincangan dengan Sinar Tani mengatakan, hasil penelitian mendapatkan bahwa 85 persen lahan di wilayah Jawa Barat saja berstatus sedang dan tinggi kandungan anorganiknya. Hanya kurang dari 15 persen lahan persawahan di wilayah itu yang rendah kandungan anorganiknya.
Akumulasi kandungan anorganik dalam tanah berasal dari penggunaan pupuk anorganik/pupuk kimia yang terus menerus sejak diperkenalkannya program bimbingan massal (Bimas) untuk meningkatkan produksi padi oleh pemerintah.
“Penggunaan pupuk anorganik ini akhirnya menggeser kebiasaan petani yang dahulu menggunakan pupuk kandang atau pupuk berasal dari tanaman. Maka, lama kelamaan kadar organik semakin rendah sehingga berbuntut menghambat aktivitas organisme dan mikro organisme di dalam tanah,” jelasnya.
Kini organisme di dalam tanah, menurut Atang Sutandi kian berkurang dan variasi jenisnya pun semakin sedikit. Kondisi fisik tanah akhirnya menjadi padat, kurang subur dan patogen yang berasal dari tanah pun semakin banyak sehingga tanaman lebih rentan terkena penyakit.
“Padahal dengan adanya cacing dan organisme lain, tanah akan semakin subur, perakaran tanaman semakin kuat dan pelumpuran semakin baik,” ungkapnya.
Dua Peranan Utama
Ia mengingatkan bahwa penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk organik jelas akan mengganggu sifat fisik tanah yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Untuk bisa mengembalikan kesuburan tanah, idealnya penggunaan pupuk organik/pupuk anorganik dikombinasikan dengan penggunaan pupuk hayati.
“Fungsi dari pupuk hayati ini untuk menambang hara yang sudah terakumulasi di dalam tanah terutama unsur P dan K,” tegas Atang.
Setidaknya ada dua peranan utama dari pupuk hayati untuk tanah yakni sebagai pembangkit kehidupan tanah (soil regenerator) serta penyubur tanah dan penyedia nutrisi tanaman (feeding the soil). Pupuk hayati juga bisa menekan pertumbuhan organisme parasit tanaman sehingga kemungkinan tumbuh dan berkembangnya organisme patogen semakin kecil yang berarti mampu menjaga tanaman dari serangan penyakit.
Ia memperhatikan, sebagian masyarakat menganggap pupuk hayati (biofertilizer) sebagai pupuk organik, padahal dalam peraturan Menteri Pertanian RI (Permentan) No. 2 Tahun 2006 telah didefinisikan bahwa pupuk organik merupakan sekumpulan material organik yang terdiri atas zat hara (nutrisi) bagi tanaman, di dalamnya bisa mengandung organisme hidup ataupun tidak. Sementara pupuk hayati adalah sekumpulan organisme hidup yang aktivitasnya bisa memperbaiki kesuburan tanah.
“Kekeliruan persepsi ini kelihatannya sepele, namun bisa berakibat fatal jika terdapat kesalahan dalam penggunaannya,” tuturnya.
Terkait dengan aplikasi pupuk hayati, Atang meminta petani selalu memperhatikan bulan produksinya. Paling efektif bila pupuk hayati digunakan tiga bulan sebelum masa kadaluarsanya mengingat sebagai makhluk hidup, pupuk hayati memang memiliki batas masa penggunaan.
Petani juga diharapkan tidak mencampur pupuk hayati berbeda merk karena dikhawatirkan akan terjadi kompetisi antar bakteri di dalamnya. “Kalau mau ganti merk diusahakan dilakukan di musim tanam berikutnya,” ujar Atang.
Gsh/Ira
Sumber : http://tabloidsinartani.com/read-detail/read/pupuk-hayati-sehatkan-lahan-pertanian/
Langganan:
Postingan (Atom)