PUPUK HAYATI RioGEN Inovasi Bidang Pertanian Karya Putera Bangsa ------ Terdaftar DEPTAN HAYATI NO. 03.02.2015.019 --------- RioGEN Dari Merapi Untuk Petani

Jumat, 08 April 2016

Pupuk Hayati Cair Riogen Terbukti Berkualitas di Berbagai Daerah

Pupuk Hayati, Sehatkan Lahan Pertanian

02:40 WIB | Selasa, 05 April 2016 | Sorotan | Penulis : Ahmad Soim
Pupuk hayati selama ini harus diakui kalah populer dibandingkan dengan pupuk kimia atau pupuk organik, penggunaannya di masyarakat pun masih sangat terbatas. Fakta demikian sangat disayangkan mengingat pupuk hayati sesungguhnya memiliki khasiat luar biasa sebagai sarana untuk menyehatkan lahan pertanian.
Rendahnya pengaplikasian pupuk hayati dipandang sebagai fenomena negatif baik oleh para ahli di bidang pertanian maupun praktisi ling­­kungan hidup, karena itu menunjukkan kurangnya kepe­dulian masyarakat terhadap upaya penyehatan lahan pertanian yang sebagian kondisinya memang sudah “sakit”.
Pakar kimia dan kesuburan tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB, Atang Sutandi, dalam perbincangan dengan Sinar Tani mengatakan, hasil penelitian mendapatkan bahwa 85 persen lahan di wilayah Jawa Barat saja berstatus sedang dan tinggi kandungan anorganiknya. Hanya kurang dari 15 persen lahan persawahan di wilayah itu yang rendah kandungan anorganiknya.
Akumulasi kandungan anorga­nik dalam tanah berasal dari penggunaan pupuk anorganik/pupuk kimia yang terus menerus sejak diperkenalkannya program bimbingan massal (Bimas) untuk meningkatkan produksi padi oleh pemerintah.
“Penggunaan pupuk anorganik ini akhirnya menggeser kebiasaan petani yang dahulu menggunakan pupuk kandang atau pupuk berasal dari tanaman. Maka, lama kelamaan kadar organik semakin rendah sehingga berbuntut meng­hambat aktivitas organisme dan mikro organisme di dalam tanah,” jelasnya.
Kini organisme di dalam tanah, menurut Atang Sutandi kian berkurang dan variasi jenisnya pun semakin sedikit. Kondisi fisik tanah akhirnya menjadi padat, kurang subur dan patogen yang berasal dari tanah pun semakin banyak sehingga tanaman lebih rentan terkena penyakit.
“Padahal dengan adanya cacing dan organisme lain, tanah akan semakin subur, perakaran tanaman semakin kuat dan pelumpuran semakin baik,” ungkapnya.
Dua Peranan Utama
Ia mengingatkan bahwa peng­gunaan pupuk anorganik secara terus menerus tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk orga­nik jelas akan mengganggu sifat fisik tanah yang selanjutnya mem­pengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Untuk bisa mengembalikan kesuburan tanah, idealnya penggunaan pu­puk organik/pupuk anorganik dikombinasikan dengan pengguna­an pupuk hayati.
“Fungsi dari pupuk hayati ini untuk menambang hara yang sudah terakumulasi di dalam tanah terutama unsur P dan K,” tegas Atang.
Setidaknya ada dua peranan utama dari pupuk hayati untuk tanah yakni sebagai pembangkit kehidupan tanah (soil regenerator) serta penyubur tanah dan penyedia nutrisi tanaman (feeding the soil). Pupuk hayati juga bisa menekan pertumbuhan organisme parasit tanaman sehingga kemungkinan tumbuh dan berkembangnya organisme patogen semakin kecil yang berarti mampu menjaga tanaman dari serangan penyakit.
Ia memperhatikan, sebagian masyarakat menganggap pupuk hayati (biofertilizer) sebagai pupuk organik, padahal dalam peraturan Menteri Pertanian RI (Permentan) No. 2 Tahun 2006 telah didefinisikan bahwa pupuk organik merupakan sekumpulan material organik yang terdiri atas zat hara (nutrisi) bagi tanaman, di dalamnya bisa mengandung organisme hidup ataupun tidak. Sementara pupuk hayati adalah sekumpulan organisme hidup yang aktivitasnya bisa memperbaiki kesuburan tanah.
“Kekeliruan persepsi ini keli­hat­annya sepele, namun bisa ber­akibat fatal jika terdapat kesalahan dalam penggunaannya,” tuturnya.
Terkait dengan aplikasi pupuk hayati, Atang meminta petani selalu memperhatikan bulan produksinya. Paling efektif bila pupuk hayati digunakan tiga bulan sebelum masa kadaluarsanya mengingat sebagai makhluk hidup, pupuk hayati memang memiliki batas masa penggunaan.
Petani juga diharapkan tidak mencampur pupuk hayati berbeda merk karena dikhawatirkan akan terjadi kompetisi antar bakteri di dalamnya. “Kalau mau ganti merk diusahakan dilakukan di musim tanam berikutnya,” ujar Atang.
Gsh/Ira
Sumber :  http://tabloidsinartani.com/read-detail/read/pupuk-hayati-sehatkan-lahan-pertanian/

0 komentar:

Posting Komentar